AZERBAIJAN DAN ARMENIA


Bukan perang agama, namun perang antaretnis dan penguasaan teritori.



 

 

Latar Belakang Konflik

 

Azerbaijan dan Armenia keduanya negara bekas Soviet. Kedua negara ini terletak di Eropa Timur, di selatan Pegunungan Kaukasus yang berbatasan dengan Asia, antara Laut Hitam dan Laut Kaspia.

Azerbaijan sebagian besar mayoritas penduduknya beragama Muslim. Armenia sebagian besar penduduknya beragama Nasrani. Meski demikian konflik antara keduanya bukan didasari oleh konflik perbedaan agama, namun mengacu pada konflik teritori atau wilayah yang diperebutkan yang kita kenal dengan nama NAGORNO-KARABAKH.

Azerbaijan dan Armenia sudah menentukan batasan wilayah masing-masing setelah kekuasaan Uni Soviet runtuh. Namun permasalahannya muncul ketika, etnis Armenia yang tinggal dan mendominasi di Nagorno Karabakh yang menjadi teritori Negara Azerbaijan, etnis tersebut meminta untuk kemerdekaan atau bergabung dengan Armenia karena mereka merasa masih menjadi bagian dari Armenia.

Namun, Azerbaijan tentu saja tidak dapat menahan diri jika wilayah teritorinya meminta kemerdekaan atas wilayah tersebut, sehingga terjadilah perang yang besar antara keduanya, sehingga banyak sekali masyarakat yang menjadi korban dari peperangan ini, terutama di pihak Armenia.

 

Negara Pendukung Perang

Azerbaijan dari awal berperang hingga saat ini mendapatkan dukungan dari Israel dan belakangan didukung oleh Uni Eropa. Israel tentu memiliki kepentingan ikut campur dalam kebijakan politik Azerbaijan, sehingga Israel memasok teknologi dan senjata untuk membekali perang Azerbaijan melawan Armenia. Deal-dealan Israel dengan Azerbaijan ini bertujuan untuk dapat menyusupi Iran lewat etnis Azerbi yang menjadi bagian dari etnis Iran.

Sejak Israel menjadi pendukung Azerbaijan, perang antara kedua negara semakin tidak seimbang, Azerbaijan dengan teknologi perang yang tinggi karena dipasok dari Israel dan Turki, sementara Armenia belum memiliki bantuan alat tempur dari negara manapun.

Akibat perang besar ini, banyak sekali korban yang berjatuhan, sehingga Rusia berinisiatif  untuk melakukan mediasi perdamaian dan gencatan senjata antara kedua negara tersebut. Perang dalam gencatan senjata hanya berlangsung beberapa saat, namun Azerbaijan kerapkali melakukan provokasi terhadap Armenia, sehingga perang kembali terjadi.

 

SOLUSI GENCATAN SENJATA.

 Rusia Mediator Perang

Meski sulit sekali mendamaikan kedua negara yang sedang perang besar, namun Rusia memiliki kemampuan untuk membuat perdamaian di wilayah ini, karena negara-negara yang berkonflik masih berada di kawasan yang sama, menjadi sangat terganggu bagi kesepakatan ekonomi dan lain sebagainya, jika perang tidak selesai dan semakin besar.  Sehingga Rusialah yang mampu membuat kedua negara tersebut melakukan gencatan senjata.

 

Uni Eropa Butuh Azerbaijan yang Damai 

Sejak perang terjadi antara Rusia dan Ukraina, pasokan gas dari Rusia menuju Eropa terhambat, sehingga Uni Eropa kekurangan pasokan gas untuk produksi industri di negaranya. Kemudian mereka membuat kesepakatan untuk pasokan gas dengan Azerbaijan. Kesepakatan itu dimulai tahun 2023 hingga tahun 2027 nanti. Uni Eropa memiliki tujuan besar untuk menjaga perdamaian di kedua negara ini demi kepentingan industri negara dalam Uni eropa.

Armenia dapat meminta kesediaan Uni Eropa agar menjaga perdamaian antara Armenia dan Azerbaijan terkait dengan kepentingan Uni Eropa terhadap ketersediaan pasokan gas dari Azerbaijan. Terutama negara-negara Nordik yang berada di Eropa Utara, untuk memastikan menjaga perdamaian antara kedua pihak. 

Azerbaijan yang didukung Israel dan Turki tentu lebih merasa di atas angin untuk memungkinkan melakukan penyerangan dan provokasi terhadap daerah perbatasan antara kedua negara. Sehingga Armenia perlu melakukan diplomasi atas dasar sosial dan perdamaian kepada negara-negara Eropa Utara untuk menyampaikan kepada Uni Eropa, agar berperan sebagai negara penjaga perdamaian atas konflik wilayah ini.


Note. Quantumate's Discuss.

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan Populer