Demografi Winter


Satu kali Nazira bertanya pada saya. Mengapa orang modern ga mau punya anak? Emangnya punya anak itu nyusahin?

Saya berusaha mencari jawaban yang agak mudah dimengerti oleh anak usia 15tahun. Memiliki anak atau tidak pada dasarnya sebuah pilihan. Namun kenapa pilihan itu muncul, dipengaruhi banyak faktor. Era modern seringkali mengedepankan pendapatan dan opportunity cost. Ada kesempatan yang kemungkinan akan hilang jika seseorang berhenti sejenak untuk memiliki anak dan membesarkan anak. Pada sebagian perempuan justru merasa gamang setelah masa cuti melahirkan, kembali bekerja dengan memulai adaptasi kembali. Selain ini juga ada alasan lainnya. Termasuk dalam hal ideologi Feminist dalam pemanfaatan alat reproduksi perempuan pada sistem patriarki. 


Trus ada hubungannya ga sih dengan besarnya biaya untuk membesarkan seorang anak, jadi bikin seseorang enggan memiliki anak? Enggak sepenuhnya kok. Negara-negara seperti Singapore, Korea, Jepang bahkan memberikan subsidi untuk semua biaya tersebut agar pasangan menikah mau memiliki keturunan. Tapi apa itu berhasil? Enggak juga. Tetap saja nilai fertility negara-negara tadi semakin menurun tajam. Karena masyarakat modern lebih mengutamakan Opportunity Cost tadi.

Emang dampaknya apa? Inilah yang kita sebut dengan Demografi Winter istilah ini dipopulerkan oleh Paus Fransiskus, dimana masyarakat modern lebih mengutamakan pendapatan dan karier, lalu anak sebagai distraksi. 

Kita bisa melihat jumlah generasi muda yang semakin berkurang jumlahnya, sehingga yang kita jumpai sebuah negara hanya diisi oleh orang-orang tua. Sekolah sekolah tutup, rumah sakit bersalin tutup, dan berkurangnya suara bayi. Kita akan kehilangan SDM, karena sudah tidak ada generasi muda, maka di negara-negara maju akhirnya melakukan banyak otomatisasi dengan pekerja dari robot. Dana pensiun yang semakin sedikit karena tidak ada pekerja muda, sementara jumlah pensiun semakin banyak. Geliat ekonomi juga semakin berkurang, karena pasar export ke negara-negara maju semakin sedikit jumlahnya, belum lagi saat sebuah negara tidak memiliki SDM harus mengirimkan dari negara-negara lain, konflik budaya ini juga menjadi masalah bagi sebuah negara, ketika banyaknya imigran. 


Indonesia gimana? Sudah banyak kok kota-kota besar mengalami penurunan point fertility nya beberapa seperti jabodetabek sudah di bawah angka 2. Tandanya sudah warning. Jika sudah di bawah satu. Sepertinya tidak ada harapan untuk generasi negara tersebut.

Jadi keputusan Childfree dilakukan semua pasangan menikah di satu negara bisa berdampak pada masa depan negara itu dong?

Ya iya.. bayangkan jika fertility satu negara sudah di bawah angka satu. Bisa dipastikan negara itu mengalami demografi winter. Di Eropa misalnya, Italia sudah sangat memprihatinkan sehingga, Mario Dragi tokoh ekonomi Italia sendiri mengatakan. 

Bahwa Italia tanpa kelahiran anak, maka bentuk tidak percaya diri, karena tidak bisa merencanakan masa depan. Begitulah Italia semakin waktu akan semakin tua, dan lama-lama menjadi lenyap. 

Komentar

Postingan Populer