HANUM RAIS, EXTREMISTPHOBIA dan BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA
KOPI (Koalisi Online
Pesona Indonesia) kembali menggelar ruang diskusi bernas bersama para ekspert
yang berpusat pada tiga fokus utama yaitu film, kuliner dan destinasi wisata
Indonesia.
KOPI, Hanum dan BTDLA |
Nah, kali ini KOPI dalam NGOPI (Ngobrol KOPI) Sinema, senin 7
Desember 2015, kedatangan penulis mumpuni “Hanum Salsabiela Rais” penulis yang
dikenal dengan maha karyanya berjudul #99CahayadiLangitEropa yang sukses
difilmkan dan menarik perhatian 1,8 juta penonton. Lalu #BulanTerbelahdiLangitAmerika
yang akan segera rilis pada tanggal 17 Desember mendatang diharapkan juga mampu
menarik perhatian lebih dari 1 juta penonton, menyusul keberhasilan film
#99CahayadiLangitEropa.
Hanum mengawali cerita, bagaimana awalnya ia tertarik pada
dunia kepenulisan. Bagi Hanum seharusnya setiap kita sudah menentukan passion
sedini mungkin. Namun Hanum justru menemukan passionnya setelah ia dinyatakan
sebagai seorang dokter gigi. Baginya dunia TV dan broadcasting jauh lebih
menarik dan menjadi bagian dari dirinya sendiri. Lewat bantuan Rangga
(suaminya) Hanum sempat bekerja sebagai reporter di Trans TV dan sejak saat itu
ia menikmati profesinya sebagai kuli tinta dan kamera.
Selama menjadi reporter inilah Hanum belajar merangkai banyak
kata-kata, menyusunnya menjadi kalimat-kalimat berita, ia terbiasa bekerja
dengan dateline berita dan ini pula
yang membuat ia merasa menulis menjadi bagian dari jiwanya sendiri.
Hanum saat Berdiskusi bersama KOPI |
99 Cahaya di Langit Eropa
Saat Rangga, suami Hanum mendapat beasiswa melanjutkan
pendidikannya di Eropa, saat itulah Hanum mengorbankan karirnya di dunia TV.
Empat tahun Hanum dan Rangga di luar negeri, tepatnya Wina, Austria.
Hanum
menghabiskan banyak waktu di pustaka dan menulis buku pertamanya berjudul
“Menapak Jejak Amien Rais” yang terbit pada tahun 2010. Kemudian disusul dengan Novel 99 Cahaya di
Langit Eropa, yang bisa dikatakan sebagai Novel perjalanan Hanum dan Rangga
selama di Eropa. Sekaligus sebagai
sarana untuk menyampaikan kepada pembacanya, bahwa Islam pernah sangat berjaya
di Eropa, 800 tahun yang lalu.
Keberhasilan-keberhasilan
dan penemuan-penemuan dari ilmuwan muslim telah memutar kembali kondisi pada
tahun-tahun kejayaan itu, bahwa ummat islam berjaya karena adanya keadilan dari
para sultan, raja yang berkuasa saat itu di Eropa, muslimin disibukkan dengan
hal-hal yang Muamalah bukan sengketa akidah seperti yang banyak di perdebatkan
di seluruh penjuru dunia.
Bagi
Hanum pribadi, Novel 99 Cahaya di Langit Eropa menjadi sebuah jawaban dan
balasan dari keikhlasannya, pengorbanannya menemani suami selama berada di luar
negeri. Novel tersebut menjadi salah
satu novel BEST SELLER sudah dicetak sebanyak 12kali dan mendapatkan perhatian
dan apresiasi yang sangat baik dalam medium film.
IslamPhobia atau
ExtremistPhobia?
Bulan Terbelah di Langit Amerika mungkin menjadi jawaban pada
banyaknya kekhawatiran orang-orang di luar islam yang merasakan bahwa Islam itu
radikal. Sehingga propaganda semacam #IslamPhobia dihadirkan di permukaan. Apalagi
pasca Paris Attack, seperti menumbuhkan luka di hati banyak pihak, terutama
para muslim.
Bagi Hanum, kurang tepat sekiranya jika
menyebutkan terrorist itu menyebabkan adanya #IslamPhobia, namun lebih tepat,
jika disebut sebagai #ExtremistPhobia. Karena
kenyataannya, para pelaku terror tersebut tidak memahami islam secara utuh
sesuai ajaran Rasulullah. Jadi, ketakutan-ketakutan ini sebenarnya tidak layak
disebut sebagai Islam Phobia, namun Extremist Phobia. Sehingga, media luar
sepatutnya menangkap kondisi ini bukanlah Islam Phobia melainkan Extremist
Phobia.
Saat
ditanyakan, apakah novel-novel yang difilmkan ini akan menjadi bagian dari
nilai-nilai dakwahnya melalui media literasi dan visual? Dengan sangat tenang,
Hanum menyatakan bahwa setiap penulis memiliki interest terhadap sesuatu yang
ia ketahui dan yang ia tuliskan. Jadi, bisa dikatakan #99CDLE dan #BTdLA
merupakan bagian dari dakwah dan ketertarikan Hanum terhadap nilai-nilai dan
pemahamannya tentang Islam.
Suasana diskusi KOPI |
Bicara
mengenai film #BTdLA sendiri, Hanum merasa puas dengan acting dari Acha
Septriasa yang memerankan sosok Hanum baik dari #99CdLE maupun #BTdLA, Acha
pantas mendapat Penghargaan Piala Citra untuk prestasinya dalam dunia keaktoran
ungkap Hanum saat itu sambil tersenyum.
Selain
menjadi penulis, saat ini Hanum dan Rangga sedang mengelola sebuah TV Lokal
yang diberi nama ADi TV (Arah Dunia TV) meskipun kesannya memiliki beban yang
berat, namun Hanum berharap dan optimis bahwa lewat ADi TV penonton di
Indonesia, selayaknya diberikan tontonan yang berkualitas, bukan tontonan yang
kurang mendidik. Saat ini, ADi TV menjadi salah satu TV terfavorit di Jogja.
Sepertinya sinkron dengan itu pula, Hanum juga baru menerbitkan sebuah novel
berjudul “Faith in The City” yang mengupas dan membongkar habis dunia gelap
pertelevisian. Semoga selalu sukses ya kakak.
Pertemuan
kami senin siang itu, ditutup dengan berfoto bersama dan mengabarkan pada
penonton Indonesia, untuk menyaksikan film BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA
pada tanggal 17 Desember 2015. Kamis ke Bioskop, kita dukung film Indonesia
yang berkualitas.
Para Cast luar negeri yang ikut beracting di BTDLA |
Comments
Post a Comment