DUNIA TANPA ISLAM, DUNIA TANPA KEDAMAIAN (Review Bulan Terbelah di Langit Amerika)
KOPI (Koalisi Online Pesona Indonesia) kembali memenuhi Gala Premier film. Kali ini #BulanTerbelahdiLangitAmerika. Film yang diproduksi oleh Maxima ini disebut-sebut sebagai film termahal sepanjang Maxima memproduksi sebuah film.
“Apakah
dunia lebih baik tanpa Islam?” sejak menonton thrillernya di youtube. Tagline
ini berhasil membuat saya penasaran. Tepatnya seperti rasa penasarannya Hanum
Rais (Acha Septriasa) saat diberi tugas meliput sebuah keluarga yang
terindikasi sebagai pelaku bom WTC dan Pentagon. Lalu artikel tersebut diberi
tema sesuai tagline tadi. penasaran ini pula yang kemudian membawa Rangga, suami Hanum untuk bertemu Philips Brown yang diperankan oleh Hans de Krekker, aktor simpatik Belanda, yang ternyata seorang Muallaf.
Bulan Terbelah di Langit Amerika ini seperti memaparkan bahwa Islam selama
ini seringkali menjadi populasi yang terpinggirkan dan selalu dijadikan kambing
hitam atas beberapa kejadian terror yang terjadi di dunia. Seperti kata Hanum
sendiri, bahwa seharusnya dunia tidak mengenal kata Islam Phobia, karena phobia
terhadap Islam hanya menjadi bagian dari propaganda, tapi ketakutan dunia saat
ini lebih mengarah kepada Extremist Phobia.
Film garapan
Sineas Rizal Mantovani ini ingin mengubah mindset sebagian besar orang yang
mengalami Islam Phobia. Rasa ketidakpercayaan dunia terhadap islam yang
dianggap radikal dan selalu menyerang apapun yang berbeda dengan Islam. Rizal Mantovani, layak naik kelas dengan hasil garapannya ini.
Transisi
perubahan mindset itu terlihat jelas dalam alur cerita yang cenderung mulus
ini. Rangga (Abimana), suami Hanum secara bersamaan mendapatkan tugas dari
Profesornya, interview dan riset mengenai Philips Brown, seorang milyarder
yang berubah menjadi sangat dermawan pasca kejadian 9/11 di New York.
Cast luar |
Tokoh-tokoh
yang dihadirkan dalam film ini juga memiliki peran yang mampu membangun cerita.
Mulai dari Sarah Collins, anak dari Ibrahim Hussein yang mengunduh video
dirinya dengan judul “Do you know my dad?”
di youtube, lalu Julia Collins (Rianti catwright) yang terpaksa melepas
hijabnya karena kejadian 9/11 menyudutkannya sebagai seorang muslim.
“Saya cinta Islam, tapi saya kehilangan
kebanggaan sebagai seorang muslim”
Yulia
Collins, merasa bahwa Islam justru membuat hidupnya menjadi kacau, pasca
suaminya ikut menjadi korban di WTC, Sarah anaknya pun tidak bisa bersekolah
karena dianggap anak dari teroris.
Kondisi
seperti ini, mungkin banyak terjadi di sisi dunia lainnya, sub ordinasi banyak
kalangan di luar islam yang semakin menyudutkan. Bulan Terbelah di Langit
Amerika sepertinya punya tugas penting untuk mengubah pemikiran orang-orang
luar islam yang anti terhadap islam.
Hanum
sebagai penulis Novel sekaligus penulis scenario sepertinya sangat paham
bagaimana menghadirkan sisi yang renyah di tengah-tengah tema yang sangat
serius, yaitu tentang idealisme dan pola pikir orang-orang di luar.
Kehadiran
tokoh Stefan (Nino Fernandez) seorang Atheis menambah menarik kisah ini.
Pemahaman-pemahaman Stefan yang merasa bahwa sebenarnya agamalah yang telah
mengkotak-kotakkan manusia dibantah oleh Rangga, karena peperangan sesungguhnya
terjadi karena harta dan kekuasaan.
Banyak
kejutan-kejutan dan nuansa drama yang ditampilkan dalam beberapa scene. Acting
Acha, Abimana benar-benar patut diacungi jempol, saya akan beri angka 8 untuk
acting keduanya, bahkan saya juga jatuh cinta pada acting Nino Fernandez dan
Rianti. Semuanya sangat natural, meski beberapa cast lainnya terlihat masih
kaku, dan beberapa scene dengan sinematografi yang kurang dan ada scene yang
sedikit bocor menghadirkan produk sponsor tampak kurang smooth.
Overall,
Bulan Terbelah di Langit Amerika ini, saya beri score 8,5 bintang. Penonton
menangkap benang merah yang sangat tegas di akhir cerita. Dunia Tanpa Islam, Dunia Tanpa
Kedamaian. Segera ke Bioskop terdekat, catat tanggal tayangnya 17
Desember 2015. Cinta film Indonesia, dukung film Indonesia.
Comments
Post a Comment