TIPS MENULIS SAYA di ATJEHPOST


Penulis Aceh bagi tips mendesain karakter tokoh cerita

Semua tokoh-tokoh itu memiliki karakter yang beragam namun mampu meninggalkan kesan yang luar biasa bagi pembacanya.

    •  
       
Menulis @ilustrasi
Pernah jatuh cinta pada seorang tokoh cerita?Atau sampai tergila-gila dan berharap suatu saat bisa bertemu dengan orang yang sama dengan si tokoh cerita? Saya yakin hal ini bisa saja terjadi setelah kita membaca sebuah novel.
Hal yang paling menarik dalam sebuah novel, di samping alur cerita, penggambaran setting dan adanya suspense yang mampu membuat hati deg-degan, tokoh dalam sebuah cerita juga menjadi salah satu fokus cerita yang paling menarik untuk dibaca.
Kita bisa membayangkan karakter tokoh Min ke dalam Bumi Manusia-nya Pramoedya Ananta Toer, karakter tokoh Anna Karenina yang diciptakan oleh Leo Tolstoy dalam Anna Karenina atau karakter tokoh Elizabeth Bennet dalam Pride and Prejudice  yang didesign oleh Jane Austin.
Semua tokoh-tokoh itu memiliki karakter yang beragam namun mampu meninggalkan kesan yang luar biasa bagi pembacanya. Bahkan lewat tokoh cerita dengan karakter tertentu ini kerap kali dijadikan sebagai alat bagi penulisnya untuk menyampaikan pesan kepada pembaca.
Untuk membuat sebuah karakter tokoh cerita tentu saja membutuhkan tips tertentu agar karakter tokoh cerita bisa digambarkan sedetil mungkin baik dari sisi fisiknya atau pun kejiwaannya, tokoh yang memiliki ciri-ciri yang khas, atau sifat-sifat yang unik yang muncul dalam sebuah cerita tentu akan menjadi sisi yang sangat menarik bagi pembaca.
Penggambaran karakter novel ini sangat berbeda dengan film yang bisa langsung dinikmati di layar kaca oleh penonton,  dalam film penonton bisa langsung menilai baik dari sisi fisik atau psikologis si tokoh utamanya. Sementara penggambaran karakter tokoh cerita dalam novel, butuh sebuah design tersendiri agar ia berbeda dengan tokoh yang lainnya sehingga tidak terkesan monoton.
Seringkali bagi penulis pemula menyuguhkan karakter tokoh-tokoh dalam sebuah cerita itu seragam, dengan cara bicara yang sama misalnya, atau cara berjalan yang nyaris mirip dengan tokoh yang lainnya. Tentu saja ujung-ujungnya akan menimbulkan kejemuan, karena terasa datar dan tak ada hal yang menarik dari karakter tokoh tersebut.
Desain Tokoh yang Manusiawi.
Mengapa kita perlu membuatnya menjadi manusiawi? Karena segala sesuatu ada sejarah yang dibangun di dalamnya. Penulis tidak bisa tiba-tiba membuat karakter yang pemarah tanpa menjelaskan asal muasal mengapa tokoh itu menjadi pemarah. Atau penulis tidak bisa menggambarkan seseorang  yang tampak culun tanpa memberi penjelasan mengapa seseorang itu menjadi culun.
Desain karakter sedemikian rupa dengan sejarah-sejarah yang ada di belakangnya. Baik dari asal usul etnis, didikan keluarga, pergaulan atau ada kejadian-kejadian yang mungkin mampu mempengaruhi karakter si tokoh cerita. Sehingga pembaca mendapatkan informasi si tokoh cerita dengan baik.
Di sinilah kita perlu membuat tokoh itu semanusiawi mungkin. Karena design karakter yang kita ciptakan bukan karakter tokoh sinetron yang kerap kali berubah-berubah dan tidak konsisten dalam menggambarkan karakter sesuai dengan rating penonton.
Jika pun ada yang ingin diubah secara tiba-tiba dari karakter tokoh cerita, penulis juga harus menjelaskan bagaimana perubahan itu, mengapa ada perubahan itu. Misal seseorang yang penakut menjadi pemberani, tentu ada proses perubahan di sana, tidak serta merta simsalabin saja.
Desain Tokoh Sedetil Mungkin
Pembaca akan lebih mudah mengenali tokoh cerita saat penulis mampu menggambarkan karakter fisik atau psikologis si tokoh sedetil mungkin. Ini juga yang nanti akan membedakannya dengan tokoh yang lain dalam cerita tersebut.
Untuk membuat karakter sedetil mungkin, sangat bisa didapatkan dari mana saja. Mulailah menjadi observer, bisa nongkrong di pasar-pasar, di tempat makan, pameran dan pusat keramaian lainnya. Sebagian penulis juga mengobservasi lewat film, bagaimana si aktor bergerak sesuai karakternya dalam scenario cerita.
Jika fisik si tokoh dalam cerita kita bertubuh gendut, coba perhatikan bagaimana seseorang  yang gendut berjalan, mengunyah makanan atau saat tertawa misalnya. Hal-hal seperti ini sangat mungkin kita sajikan dalam mendukung detil karakter tokoh cerita, begitu juga dalam merespons sesuatu misalnya, akan berbeda antara orang yang memiliki manner baik dengan yang  blak-blakan.  Semua itu bisa kita dapatkan melalui observasi.
Selain itu, proses observasi juga memungkinkan kita untuk menciptakan sosok karakter cerita yang berbeda dan unik. Bisa jadi dari si A kita mengambil cara berjalannya saja, atau darisi B kita mengambil cara tertawanya saja atau dari si C kita mengambil bentuk wajahnya yang oval. Lalu kita menggabungkannya menjadi satu, jadilah tokoh cerita dengan karakter ABC.
Terlihat ibu yang berjalan tergesa-gesa sambil membawa tentengan belanjaan, perhatikan raut wajahnya, bagaimana ekspresinya, jika tokoh yang ada dalam cerita kita seorang wanita paro baya.
Observasi ini akan menjadi salah satu cara meriset dan menciptakan karakter yang berbeda dan menarik dalam sebuah cerita. Sehingga karakter yang kita ciptakan cenderung manusiawi dan tidak akan sama dengan tokoh yang lainnya.
Bagaimana Menggambarkan Karakter?
Seorang penulis pemula sering kali menggambarkan karakter tokoh ceritanya lewat penggambaran saja. Menjelaskan karakter tokoh tidak bisa hanya dengan deskripsi saja. Deskripsi seolah hanya sebuah narasi semata tanpa membuat pembaca ikut merasakan dan seolah berada di depan si tokoh cerita.
Hadirkan karakter-karakter tersebut lewat dialog-dialog, atau cantumkan keunikan si tokoh saat cara si tokoh saat merespons sesuatu. Dari cara berbicara saja kita akan mudah mengenali siapa yang sedang berbicara, atau siapa yang sedang marah-marah, karena kita sudah mengenali karakternya yang sudah dibangun dari awal oleh penulis.
Sebagai contoh, untuk design karakter yang unik, bisa membaca Laskar Pelangi sebagai acuan menyusun 10 karakter-karakter yang unik dan berbeda dalam satu cerita. Selamat Mencoba.[]

Aida MA adalah penulis novel Sunset in Weh Island, berasal dari Aceh Selatan dan sekarang berdomisili di Jakarta
- See more at: http://atjehpost.com/kultur_read/2013/06/09/54971/412/13/Mendesign-karakter-tokoh-cerita#sthash.wK6DO4u0.Zk7idwVd.dpuf

Komentar

Postingan Populer