Pegadaian
Partikel-partikel hujan itu menembus pori-poriku. Tak semuanya
kunikmati lagi kecuali dinginnya yang kurasakan kian menusuk. Seperti dinginnya
sebuah sikap yang menelanjangi logikaku mentah-mentah untuk tak berani berharap
atau sekedar merindu.
Aku bukan Roberto Cavalli, si designer kaya raya yang mencintai dunia fashion
karena ia begitu mengagumi wanita, aku bukan Shakespeare dengan roman cinta
Romeo Julietnya yang begitu menggugah dunia, pekiknya ketika aku memintanya
untuk sedikit memahami perasaan wanita sedikit saja. Ya, hanya secuil juga tak
mengapa.
Lalu apa masalahnya, padahal tak sekalipun aku wanita yang cuek inipun
memintanya agar memberi perhatian penuh untukku, membagi waktunya yang sebagian
besar untuk hang out dengan sahabatnya. Tak guna kuganggu atau melubangi
hatinya dengan tingkahku.
“Bolehkah aku bertanya? Apakah kau kesatria atau pecundang?”
Sinis dia menatap lirikan genit sang purnama malam ini. Akuannya selalu teman,
pada akhirnya banyak jiwa yang terapuhi, banyak hati yang terlubangi. Lalu
hatinya sendiri akan tersesat atau memang “dingin” sebuah genetika.
Kuhempaskan saja malam, di ujung sana tlah menanti sebuah dosa yang panjang.
Lalu janji yang pernah terucap, mungkin tak akan pernah berniat ia tebus, hanya
nyangkut di PEGADAIAN.
*******
Jakarta, 14 Oktober 2011
Pukul 20.10 wib
Aida Maslamah Ahmad
Comments
Post a Comment