Bicara Atau Menulis?


           
Saat Berbagi cerita di Talkshow Buku Inspiring Teacher
                     di acara Milad Indofarma, Cibitung

                                    

“Kalau kamu bisa bicara, pasti kamu bisa menulis” begitu kira-kira kalimat yang diucapkan Mba Ollie, salah seorang founder Nulisbuku.com untuk membangkitkan semangat siapa pun yang ingin sekali menulis, lalu bagaimana dengan kalimat ini “Kalau bisa menulis, bisa ga ngomong di depan?” …Nah, kalau yang ini entar dulu ya jawabannya (heheheh…)

            Pernah ngomong di depan audiens yang jumlahnya lebih dari 2 ribu lebih? Kalau pertanyaan ini ditanyakan pada saya sebelum tanggal 15 juli lalu jawaban saya adalah belum pernah, dan mungkin juga saya berusaha untuk menghindari berbicara di depan orang dengan jumlah sebanyak itu.

            Berdasarkan hasil observasi saya yang kadang suka sok tahu, kebanyakan penulis aktif itu tidak banyak yang mau berbicara di depan umum, walau pun ada juga yang bisa berbicara di depan dan selihai orang-orang marketing, motivator dan trainer. Namun dari sekian banyak acara bedah buku dan bertemu dengan penulis hanya beberapa saja yang mampu membuat saya mengakuinya bahwa penulis tersebut punya dua keahlian sekaligus, menulis dan berbicara di depan.

            Bagi orang yang introvert seperti saya, saya merasa tidak begitu leluasa menyampaikan ide saya di depan umum. Berbicara dengan semua kemampuan saya, lalu mengeluarkan ide secara terbuka, face to face, dengan mimic wajah, getaran dan volume suara di depan banyak orang itu bukan perkara yang mudah bagi saya.

Ketemu Tante Minati Atmanegara, sama-sama ngisi event Milad Indofarma

                            
            Saya pernah berbicara dalam focus Grup Discussion (6-9 orang) bersama pemukim kampung saat saya masih bekerja di salah satu Organisasi social asing, lalu berbicara di kelas dengan jumlah anak maksimal 80 orang, atau skala sedikit lebih besar saya bicara di talkshow Jakarta Book Fair, untuk event yang tidak bertemu langsung dengan audiens saya pernah bicara secara On Air di Radio. Namun dengan audiens yang mencapai ribuan, baru tanggal 15 Juli kemaren menjadi pengalaman pertama buat saya. Berbicara sebagai pemenang utama lomba Biovision Writing Competition dan sekaligus bedah buku #Inspiring Teacher bersama bu Ermi (Brand Manager Biovision) dan Mba Ollie (Founder Nulisbuku.com) di depan pegawai Indofarma yang mencapai 2 ribu lebih, ditambah jajaran direksi, supplier dan keluarga mereka di acara Milad Indofarma.

             Grogi? Saya kira siapa pun pernah mengalami fase ini, bahkan orang sekeren Steve Jobs saja yang presentasinya superrr duperr keren pernah mengalami fase seperti ini. Lalu apa yang terpikirkan oleh saya ketika berhadapan dengan situasi ini ternyata jawaban yang ada di kepala saya cukup simpel “HADAPI SAJA” dan memang setiap kita harus menghadapi situasi apa pun ketika sudah memilih sebuah jalan tertentu.

            Kalimat “Hadapi Saja” di sini bukan berarti pasrah dan tidak melakukan persiapan. Ada beberapa hal yang saya curi diam-diam dari beberapa orang yang menurut saya sangat bersemangat saat mereka berbicara di depan dan saya coba praktekkan saat event kemaren.

            Pertama. Semangat…Dari sekian banyak trainer, pembicara bahkan kemaren saya bertemu dengan Direktur Utama-nya Indofarma sesaat sebelum beliau memberikan kata sambutan saya melihat beliau bersemangat, sangat bersemangat. Ketika menuju panggung dengan berlari-lari kecil atau kebanyakan berjalan dengan cepat dengan langkah yang penuh semangat. Ternyata, dengan semangat kita mampu menyerap energy di sekitar kita.

            Kedua.  Pergunakan moment untuk men-sugesti diri sendiri. Ini biasa saya latih ketika kondisi kurang sehat. Coba sekali-sekali menikmati proses bernafas, rasakan oksigen yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, lalu lepaskan Karbon dioksida yang panas melalui hidup, kedua perbedaan itu bisa kita rasakan. Di antara kegiatan bernafas itulah sugesti diri kita sendiri, bahwa saya bisa, saya mengagumkan dan saya bisa tampil di depan dan percaya bahwa Allah SWT akan merestui setiap kebaikan yang saya ucapkan di depan khalayak ramai.

            Ketiga,  ketika sudah berjalan, maka nikmatilah. Ketika kita sudah menikmati sesuatu hal maka itu akan berjalan dengan alami saja. Ini juga yang saya lihat dari beberapa orang trainer motivasi yang sehari-harinya terus mengisi materi motivasi namun tetap bersemangat, ternyata rahasianya mereka menikmati apa yang mereka kerjakan (sepertinya hal ini juga berlaku untuk semua pekerjaan ya).

            Percayalah, ketika kita sudah melaluinya ada sebuah kebahagiaan di hati, berbangga karena orang se-introvert saya akhirnya bisa berani bicara di depan bukan hanya sekedar bicara melalui aksara.

            Mungkin masih banyak tips lainnya yang bisa kita curi dari orang-orang yang hebat. Setidaknya setelah berbicara di Talkshow Buku Inspiring Teacher, Indofarma kemaren saya juga punya kesempatan untuk memperkenalkan Novel Looking for Mr.Kim kepada audiens yang hadir dan memberikannya kepada Ibu Direktur Utama. Masalah meningkat atau tidak penjualannya, kita lihat setelah ini, setelah usaha yang belum seberapa ini (sambil komat kamit baca doa..heheheh)

            Ok…Mengutip kalimat dari CEO Bentang Pustaka, Mas Salman Faridi “Ketika sudah memutuskan menjadi penulis, berarti juga siap untuk bicara di depan umum dan siap menjadi orang yang terkenal”. Sesuai dengan judulnya saya kembalikan kepada diri kita masing-masing. Mau menulis saja, bicara saja, atau kedua-duanya? Hehehe…Bagi yang berniat untuk bicara di depan umum, SELAMAT MENCOBA ya J.

Jakarta, 16 Juli 2012
Pukul 14.20 wib
Aida MA 

Komentar

Postingan Populer