Menulis itu Healing
Orang bijak berkata “bermimpilah, karena bermimpi itu gratis”. benar adanya bermimpi itu gratis, tidak dipungut bayaran. Namun untuk mewujudkan mimpi itu harus dibayar dengan belajar dan usaha keras disertai doa yang tulus.
Katakanlah saya seorang pemimpi saat ini. Tiba-tiba saya memutuskan untuk memiliki mimpi ini setelah saya menikmati tiap kalimat yang saya susun begitu saja buah pikir dari otak saya yang ruwet saat itu. Saya menciptakan mimpi ini setelah saya merasakan kekuatan dari sebuah tulisan.Ya, saya bermimpi menjadi seorang penulis.
Baru dua tahun ini saya berani menyebut diri saya seorang penulis. Penulis yang selalu saya sandangi kalimat pemula di belakangnya. Tepatnya saya seorang penulis pemula, karena saya memang belum punya prestasi dalam hal ini. Saya hanya coba berselancar dari satu situs ke situs lainnya, dari satu blog ke blog lainnya, lalu meninggalkan jejak saya di situ yang entah kemudian disukai atau sekedar dicibir saja. Itupun tak pernah jadi masalah buat saya.
Kenyataannya bermimpi menjadi seorang penulis itu indah ketika beberapa kalimat yang saya susun menjadi obat bagi hati yang sedang risau. Sebuah perasaan yang bisa dikatakan bahagia saat beberapa orang teman di dunia maya mengirimi saya email hanya untuk mengatakan bahwa tulisan saya menginspirasinya.
Ibarat sakit, bagi saya menulis adalah sebuah ramuan obat yang menenangkan. Jika tulisan itu adalah obat, tentu saja akan ada takaran dosis tertentu untuk masing-masing orang dalam menikmati sebuah tulisan. Jika sebagian telah sesuai dosisnya dengan hanya membaca tulisan saya, maka sebagian yang lain mungkin akan pulih dengan dosis yang lebih tinggi. Tapi tak mengapa itu pun akan menjadi bahan perbandingan buat saya dalam menulis.
Hanya dengan menulis saya berhasil mengobati hati saya tanpa takut tak ada yang mau mendengarkan saya. Suatu saat saya hanya ingin menjadikan tulisan saya sebagai obat herbal dengan dosis yang sama untuk setiap orang yang membacanya. Obat yang mampu menyembuhkan tanpa meninggalkan efek samping yang buruk. Ya, SEMOGA.
Comments
Post a Comment